Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Satuan Reskrim Polrestabes Makassar berhasil mengamankan pelaku kekerasan terhadap anak di Jalan Penghibur tepatnya di Toilet Umum Anjungan Pantai Losari, Senin (22/10/18) sekira pukul 00.30 wita.
Satuan Reskrim Polrestabes Makassar mengamankan pelaku kekerasan terhadap anak dibawah umur berinisial AL (29) yang bekerja sebagai tukang bersih toilet umum, Lelaki AL merupakan warga Jalan Pasar Ikan Makassar dan adapun identitas korban Perempuan PA (13) warga Jalan Rajawali.
Kasat Reskrim Polrestabes Makassar Kompol Wirdhanto Hadicaksono S.Ik M.Si menjelaskan berawal dari korban Perempuan PA ijin kepada ibunya yang sedang menjual pisang epe untuk pergi ke WC lalu korban masuk kedalam WC dan tiba-tiba lampu WC mati dikarenakan Lelaki AL mematikan lampu dari luar sehingga korban kaget dan panik karena gelap dan merasa ketakutan dengan teriak histeris.
Selanjutnya korban keluar dari WC dalam kondisi gelap, namun ketika di depan WC tiba-tiba pelaku dari samping menahan korban dan mencekik leher dari belakang, korban yang merasa ketakutan teriak histeris dan akhirnya berhasil lepas dari cekikan pelaku.
“Adapun tujuan pelaku yaitu meminta uang kepada korban untuk membeli makan dan pulang ke serui, pada saat kejadian pelaku dibawah pengaruh alkohol” ujar Kompol Wirdhanto Hadicaksono S.Ik M.Si
Akibat dari kejadian tersebut korban mengalami kemerahan pada leher dan trauma psikis.
Saat ini, pelaku berada di Polrestabes Makassar guna penyelidikan lebih lanjut.
Pelaku terjerat Pasal 80 ayat (1) jo Pasal 76 C UU RI No. 35 Tahun 2014 tentang perubahan atas UU No. 23 Tahun 2002 tentang perlindungan anak dengan ancaman penjara paling lama 3 tahun 6 bulan.
Dalam Islam kita dilarang menganiaya atau menzalimi orang sebab kezaliman akan menjadi kegelapan di akhirat kelak, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Takutlah kalian berbuat zalim, karena kezaliman itu menjadi kegelapan demi kegelapan di hari kiamat” (HR. Muslim).
Kezaliman juga adalah kebangkrutan di akhirat, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah pertanya kepada para sahabat, “Tahukan kalian siapa itu orang yang bangkrut?”, Mereka menjawab:
“Orang yang bangkrut di kalangan kami adalah orang yang tidak lagi memiliki uang dan barang”.
Beliau lalu menerangkan:
“Sesungguhnya orang yang bangkrut diantara umatku adalah orang yang datang pada hari kiamat dengan membawa amal shalat, puasa dan zakat. Disamping itu, ia juga membawa dosa mencaci maki, menuduh, mengambil harta orang lain, menumpahkan darah, dan memukul orang lain. Maka tiap-tiap orang yang dizaliminya dibayar dengan amal baiknya. Kalau habis amal baiknya, sedangkan tanggungannya belum terbayar, maka diambil sebagian dari dosa-dos mereka lalu ditimpakan kepadanya, kemudian ia dicampakkan ke dalam api neraka” (Hr. Muslim)
Dilansir dari Kompasiana.com, penyebab kekerasan atau agresifitas yang terjadi di masyarakat antara lain :
1.Sosial; frustasi, terhambatnya atau tercegahnya upaya untuk mencapai tujuan.
2.Situasi ; ketidaknyaman keadaan di masyarakat, seperti daerah yang kumuh, panas, gersang dan serba kekurangan serta keadaan dimana pemerintah kurang memberikan respon yang baik terhadap aspirasi rakyat. Terjadinya kekerasan, menurut Prof Franz Magnis Suseno adalah akibat pengaruh globalisasi dan modernisasi serta akumulasi kebencian dalam diri masyarakat, karena pemerintah yang dianggap aparatur penegak damai mengalami disfungsi.
3.Rendahnya kesadaran diri dan kesadaran kolektif serta dehumanisasi (tidak memanusiakan manusia) dalam setiap diri masyarakat serta pemerintah sendiri.
4.Sumber daya ; manusia dimanapun ia berada memiliki kebutuhan-kebutuhan yang harus dipenuhi, jika sumber daya yang ada memadai, maka ia akan merasa tercukupi, namun jika tidak maka ia akan mencari dan mengambilnya dengan paksa, sehingga terjadilah kekerasan tersebut.
5.Media massa ; dalan hal ini televisi, radio ataupun koran. Penelitian menunjukkan bahwa tayangan kekerasan yang terjadi di masyarakat (anak-anak dsb) khususnya melalui televisi memberikan inspirasi/contoh yang tidak baik bagi masyarakat lainnya.
6.Kebudayaan ; adanya tindak kekerasan yang kerap terjadi menjadi tak lagi aneh dan telah familiar di telinga dan kehidupan, sehingga jika terjadi maka telah dianggap biasa sebab telah membudaya.
7.Kekerasan individu dan kelompok yang terjadi di masyarakat merupakan imbas dari ekspresi kultural yang tersumbat.
Penulis : Apri