Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Berniat membeli barang dengan harga murah membuat seorang pria AP (21) warga perumahan Nusa Tamlanrea Indah Makassar harus berurusan dengan polisi.
AP membeli sebuah handphone Merek Sony Experia C5 seharga Rp 500.000 dari AR yang merupakan pelaku curas yang telah diamankan sebelumnya oleh Tim Opsnal Polsek Tamalanrea.
Kapolsek Tamalanrea Kompol Syamsul Bakhtiar mengatakan tersangka penadah AP diamankan berdasarkan hasil pengembangan interogasi dari AR. “Tersangka kami tangkap dirumahnya tanpa adanya perlawanan,” ungkap Kapolsek.
Lanjut Kapolsek, pencurian dilaporkan pada tanggal 31 Januari 2019 di jalan Ir. Soetami Kec. Tamalanrea yang mengakibatkan korban terjatuh dari sepeda motor dan mengalami patah tulang pada lengan.
Saat ini tersangka dan barang bukti handphone Sony Experia diamankan di Polsek Tamalanrea. (Humas Polrestabes Makassar)
Banyaknya masyarakat belum mengetahui tentang pasal penadahan membuat mereka terjatuh dalam kasus tersebut karena tergiur dengan harga murah yang ditawarkan.
Disalin dari hukumonline.com, jika barang tersebut dibeli dengan keadaan atau cara beli yang tidak wajar, dan dilihat bahwa harga dari barang tersebut juga jauh dari harga yang seharusnya, maka sebagai pembeli seharusnya mengetahui bahwa ada kemungkinan barang tersebut berasal dari kejahatan.
Jika orang tersebut tetap membeli barang tersebut, maka si pembeli dapat dianggap melakukan tindak pidana penadahan. Agar tidak terjerat kasus penadahan alangkah baiknya mengetahui tentang bunyi pesala penadahan yaitu Pasal 480 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) yang berbunyi:
“Dengan hukuman penjara selama-lamanya empat tahun atau denda sebanyak-banyaknya Rp 900, dihukum:
- karena sebagai sekongkol, barangsiapa yang membeli, menyewa, menerima tukar, menerima gadai, menerima sebagai hadiah, atau karena hendak mendapat untung, menjual, menukarkan, menggadaikan, membawa, menyimpan atau menyembunyikan sesuatu barang, yang diketahuinya atau yang patut disangkanya diperoleh karena kejahatan.
- barangsiapa yang mengambil keuntungan dari hasil sesuatu barang, yang diketahuinya atau yang patut harus disangkanya barang itu diperoleh karena kejahatan.”
Terkait pasal di atas, R. Soesilo menjelaskan dalam bukunya berjudul Kitab Undang-Undang Hukum Pidana Serta Komentar-Komentarnya Lengkap Pasal Demi Pasal mengatakan bahwa:
1.Yang dinamakan “sekongkol” atau biasa disebut pula “tadah” itu sebenarnya hanya perbuatan yang disebutkan pada sub 1 dari pasal ini.
2.Perbuatan yang tersebut pada sub 1 dibagi atas dua bagian:
a.membeli, menyewa, dsb (tidak perlu dengan maksud hendak mendapat untung) barang yang diketahuinya atau patut disangkanya diperoleh karena kejahatan
b.menjual, menukarkan, menggadaikan, dsb dengan maksud hendak mendapat untung barang yang diketahuinya atau patut disangkanya diperoleh karena kejahatan
3.Elemen penting pasal ini adalah terdakwa harus mengetahui atau patut dapat menyangka bahwa barang itu asal dari kejahatan. Di sini terdakwa tidak perlu tahu dengan pasti asal barang itu dari kejahatan apa (pencurian, penggelapan, penipuan, pemerasan, uang palsu atau lain-lain), akan tetapi sudah cukup apabila ia patut dapat menyangka (mengira, mencurigai) bahwa barang itu bukan barang “terang”.
Untuk membuktikan elemen ini memang sukar, akan tetapi dalam prakteknya biasanya dapat dilihat dari keadaan atau cara dibelinya barang itu, misalnya dibeli dengan di bawah harga, dibeli pada waktu malam secara bersembunyi yang menurut ukuran di tempat itu memang mencurigakan.
4.Barang asal dari kejahatan misalnya berasal dari pencurian, penggelapan, penipuan, pemalsuan uang, sekongkol, dll.
Penulis : Apri