Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Polsek Barapa Polres Enrekang menggelar kegiatan pembinaan dan penyuluhan (Binluh) kepada orang tua siswa yang melakukan pelanggaran peraturan sekolah dan terlibat tawuran antar pelajar.
Kegiatan dilakukan oleh Kapolsek Baraka Polres Enrekang AKP Saparuddin S di Mako Polsek Baraka Polres Enrekang, Selasa (17/03/2020).
“Beruntung tidak ada korban luka atau jiwa atas kejadian tersebut. Hal tersebut terjadi karena kurangnya pengawasan dari orang tua. Dengan adanya kejadian tersebut agar dilaksanakan pengawasan,” terang Kapolsek Baraka kepada para orang tua siswa yang terlibat tawuran.
“Jangan semua permasalahan anak kita serahkan ke sekolah karena selepas sekolah adalah tanggungjawab orang tua. Berikan contoh di rumah dengan hal kebaikan,” sambungnya.
Sementara kepada para murid, Kapolsek Baraka mengingatkan dengan keras akibat dari tawuran. “Seandainya Sajam tersebut digunakan untuk melukai atau membunuh yang kalian anggap musuh siapa yang akan menderita?” ucapnya.
“Yang pasti korban, orang tua dan pelakunya akan diproses secara hukum. Jadi semua akan rugi. Dengan adanya kejadian ini agar tidak terulang kembali, jadilah anak kebanggaan orang tua jangan sampai mempermalukan seberti ini,” tegas Kapolsek.
Seperti yang seringkali kita dengar ataupun nonton banyaknya aksi tawuran yang terjadi. Tawuran sendiri merupakan salah satu wujud gagalnya anak-anak untuk membentuk pribadinya menjadi pribadi yang positif, pribadi yang bermanfaat untuk orang lain.
Untuk itu perlu kita tahu apa sebenarnya penyebab tawuran tersebut?
Pertama, Faktor internal, merupakan faktor yang paling memberi pengaruh besar pada pola pikir dan tingkah laku remaja. Faktor ini dapat diperoleh melalui pembicaraan atau kebiasaan yang buruk yang mereka contoh dari orang lain.
Biasanya, remaja mudah sekali terpengaruh dan terperosok dalam kondisi yang sama, seperti kebiasaan berkata kotor, merokok, membolos, dan membenci kelompok remaja lain dengan sebab yang sebenarnya tidak mereka pahami sungguh-sungguh atau hanya ikut-ikutan membenci saja.
Pola pikiran mereka akan membentuk pola untuk memusuhi, membenci orang lain bahkan memunculkan pikiran untuk menyingkirkan orang yang dibenci untuk membuktikan bahwa mereka kuat dan berani.
Kedua, Fakor keluarga menduduki urutan nomor dua yang artinya keluarga sendiri sebenarnya turut andil dalam terbentuknya pribadi negatif pada anak.
Keluarga yang berantakan, tidak pernah menghargai keberadaan anak, selalu menuntut dan menyalahkan merupakan celah yang besar untuk anak-anak merasa tertekan dan memilih mencari kenyamanan di tempat lain yang anda tak pernah tahu kondisi pertemanan mereka di luar lingkungan keluarga anda sendiri.
Menjadi tidak nyaman dan tidak mendapatkan kasih sayang yang cukup dapat membuat psikologi anak-anak terganggu karena membuat mereka merasa tak diinginkan.
Ketiga, Faktor sekolah biasanya memberikan faktor yang cukup besar dalam sebab terjadinya tawuran. Perlakukan tidak adil antara murid satu dengan yang lain, memberikan informasi yang bersifat memusuhi sekolah lain, dan melabeli anak didik dengan “anak nakal” atau “anak kurang ajar” dapat membuat anak-anak menyimpan dendam yang akan mengganggu psikologi mereka.