Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Indahnya berbagi, Polres Pelabuhan Makassar membagikan bantuan air bersih kepada warga Kelurahan Cambaya, Kecamatan Ujung Tanah, Kota Makassar yang mengalami kekurangan air bersih, Kamis (03/10/19).
Kegiatan bagi-bagi Air Bersih ini dipimpin langsung oleh Kapolres Pelabuhan Makassar AKBP Aris Bahtiar dengan menggunakan Mobil AWC (Armor Water Canon) milik Polres Pelabuhan Makassar.
Kegiatan ini dilakukan sebagai rasa simpati dan mengurangi beban penderitaan warga Kecamatan Ujung Tanah khususnya warga Kelurahan Cambaya yang selama musim kemarau kesulitan mendapatkan air bersih.
“Memasuki musim kemarau ini masyarakat mulai mengalami kekurangan air. Kami Polres Pelabuhan Makassar berupaya membantu warga dengan menyuplai air bersih yang layak terutama untuk keperluan makan dan minum,” ungkap Akbp Aris Bahtiar.
Warga Kelurahan Cambaya menyambut baik dan berterima kasih atas sumbangan air bersih dari Polres Pelabuhan Makassar dan warga mengharapkan semoga kegiatan ini berlanjut selama musim kemarau dan dapat menjadi perhatian pada instansi yang lain.
Kepedulian yang ditunjukkan oleh Kapolres Pelabuhan Makassar yang turun langsung memberikan bantuan air bersih kepada warga yang kekeringan merupakan salah satu upaya yang dapat menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan Polri.
Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, perlu dipahami kedua kemampuan ini yakni kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.