Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Jalin keakraban, Bhabinkamtibmas Polsek Bungaya Brigpol Abu Bakar bantu warga membuat drainase persiapan musim hujan di Dusun Kaluarrang, Desa Buakkang, Kec. Bungaya, Kab. Gowa, Jum’at (13/09/19).
Untuk mengantisipasi bencana Longsor saat musim penghujan datang ,Binmas desa Buakkang bersama sama dengan warga masyarakat desa buakkang bergotong royong membuat drainase,hal ini dilakukan untuk melancarkan air dari pegunungan,hingga mengalir ke sungai
kegiatan yang dilaksanakan oleh masyarakat menggunakan anggaran / bantuan dari pemerintah ( add desa),hal ini dinilai positif oleh binmas desa buakkang,dan menyampaikan kepada aparat desa bahwa apa yang menjadi haknya masyarakat,maka berikanlah, gunakanlah anggaran itu dengan sebaik baiknya dan tepat sasaran.
Binmas juga menyampaikan kepada aparat desa,bahwa Bapak Kapolres Gowa,Akbp Shinto Silitonga,Sik,MSI,akan menindak tegas terhadap setiap pelanggaran yang terjadi. Dengan kehadiran Brigpol Abu Bakar yang turut membantu warga binaannya, masyarakat sangat antusias membangun drainase.
Ditempat terpisah Kapolsek Bungaya Akp Misbahuddin sangat mendukung kegiatan yang dilaksanakan anggotanya,bantu warga bila mana diperlukan.
Apa yang dilakukan oleh Bhabinkamtibmas Polsek Bungaya yang membantu warga membuat drainase merupakan salah satu upaya yang dapat menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan Polri.
Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, perlu dipahami kedua kemampuan ini yakni kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.