Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Kapolda Sulsel Irjen Pol Drs Umar Septono menjadi Inspektur Upacara (Irup) dalam upacara peringatan Hari Sumpah Pemuda ke-90 tahun 2018 yang diselenggarakan di Lapangan Apel Mapolda Sulsel, Senin (29/10/18).
Upacara tersebut diikuti oleh Wakapolda Sulsel, Pejabat Utama Polda Sulsel beserta personil satuan kerja Polda Sulsel.
Upacara ini dirangkaikan dengan pemberian penghargaan kepada 209 Personil Polda Sulsel yang telah melaksanakan kegiatan kemanusiaan membantu penanganan korban bencana alam gempa bumi di NTB Lombok dalam rangka Operasi Kontijensi Aman Nusa II.
Dalam amanatnya, Irjen Umar menuturkan bahwa kalau pemuda generasi terdahulu mampu keluar dari jebakan sikap-sikap primodial suku, agama, ras dan kultur, menuju persatuan dan kesatuan bangsa, “Maka tugas pemuda saat ini adalah harus sanggup membuka pandangan ke luar batas-batas tembok kekinian dunia, demi menyongsong masa depan dunia yang lebih baik,” tuturnya.
Sumpah Pemuda adalah satu tonggak utama dalam sejarah pergerakan kemerdekaan Indonesia . Ikrar ini dianggap sebagai kristalisasi semangat untuk menegaskan cita-cita berdirinya negara Indonesia.
Yang dimaksud dengan “Sumpah Pemuda” adalah keputusan Kongres Pemuda Kedua yang diselenggarakan dua hari, 27-28 Oktober 1928 di Batavia (Jakarta). Keputusan ini menegaskan cita-cita akan ada “tanah air Indonesia”, “bangsa Indonesia”, dan “bahasa Indonesia”.
Keputusan ini juga diharapkan menjadi asas bagi setiap “perkumpulan kebangsaan Indonesia” dan agar “disiarkan dalam segala surat kabar dan dibacakan di muka rapat perkumpulan-perkumpulan”.
Istilah “Sumpah Pemuda” sendiri tidak muncul dalam putusan kongres tersebut, melainkan diberikan setelahnya. Berikut ini adalah bunyi tiga keputusan kongres tersebut sebagaimana tercantum pada prasasti didinding Museum Sumpah Pemuda. Penulisan menggunakan ejaan van Ophuysen.
Pertama:
Kami poetra dan poetri Indonesia, mengakoe bertoempah darah jang satoe, tanah Indonesia.
Kedoea:
Kami poetra dan poetri Indonesia mengakoe berbangsa jang satoe, bangsa Indonesia.
Ketiga:
Kami poetra dan poetri Indonesia mendjoendjoeng bahasa persatoean, bahasa Indonesia.
Rumusan Kongres Sumpah Pemuda ditulis Moehammad Yamin pada secarik kertas yang disodorkan kepada Soegondo ketika Mr. Sunario tengah berpidato pada sesi terakhir kongres (sebagai utusan kepanduan) sambil berbisik kepada Soegondo: Ik heb een eleganter formulering voor de resolutie (Saya mempunyai suatu formulasi yang lebih elegan untuk keputusan Kongres ini), yang kemudian Soegondo membubuhi paraf setuju pada secarik kertas tersebut, kemudian diteruskan kepada yang lain untuk paraf setuju juga. Sumpah tersebut awalnya dibacakan oleh Soegondo dan kemudian dijelaskan panjang-lebar oleh Yamin.
Penulis : Marwan