Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Kapolsek Barombong Polres Gowa Akp Muh Hasyim didampingi ketua ranting Bhayangkari Ny Nia Hasyim dan Bhayangkari Barombong sambangi keluarga yang tidak mampu di Dusun Boronga Tinggimae, Desa Biringala dan di kampung parang Kel Lembang Parang Barombong, Sabtu (07/03/20) siang.
Adapun yang dikunjungi yaitu Nenek Rosmiati 65 thn tahun tinggal didusun Biringkanaya Desa Biringala adalah seorang janda dan hidup digubuk yang sederhana bersama anaknya.
Kedua yaitu seorang bujang tua Lel. Durahman umur 62 thn tingal di moncobalang, yang hidup sebatangkara dengan kondisi yang sangat memprihatinkan derta Terakhir seorang ibu per. Maryati 43 thn penderita penyakit kanker yang dirawat anaknya.
Aksi peduli sosial terhadap keluarga tak mampu ini atas inisiasi Kapolres Gowa AKBP Boy FS Samola dengan progam peduli sosialnya dengan memberikan sembako kepada warga lansia yang tak mampu dengan harapan meringankan beban hidupnya.
“Momen ini juga kami jadikan untuk memberikan semangat dan motivasi pada yang lain agar kita selalu berbagi kasih pada saudara kita yang belum beruntung dan kita memberi tidak usah menunggu kita kaya ,” ucap Akp Muh Hasyim.
Kapolres Gowa memberikan Apresiasi dan terima kasihnya pada Kapolsek Barombong yang telah melaksanakan giat peduli sosial dengan membagikan sembako pada para lansia dan keluarga Pra Sejahtera Serta berharap apa yang dilakukan menjadi amal ibadah dimata Allah SWT,” kata AKBP Boy FS Samola.
Perhatian Kapolsek Barombong kepada warga kurang mampu merupakan bukti kecintaannya terhadap warga miskin, sedang kecintaan seseorang kepada saudaranya yang miskin memiliki banyak keutamaan, disalin dari Rumaysho.com, berikut beberapa keutamaannya :
Pertama, Mencintai orang miskin termasuk kebaikan
Mencintai orang miskin termasuk kebaikan. Dalam do’a yang diajarkan di atas, mencintai orang miskin disebutkan secara tersendiri dan ini menunjukkan pentingnya amalan ini, di samping menunjukkan kemuliaannya.
Kedua, Mencintai orang miskin dan dekat dengan mereka akan memudahkan hisab seorang muslim pada hari kiamat
Dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menghilangkan satu kesusahan dunia dari seorang mukmin, Allah akan menghilangkan darinya satu kesusahan di hari Kiamat. Dan barangsiapa yang memudahkan kesulitan orang yang dililit hutang, Allah akan memudahkan atasnya di dunia dan akhirat” (HR. Muslim no. 2699).
Ketiga, Dekat dengan orang miskin berarti semakin dekat dengan Allah pada hari kiamat
Dalam hadits Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, matikanlah aku dalam keadaan miskin dan kumpulkanlah aku bersama dengan orang-orang miskin pada hari kiamat”. ‘Aisyah berkata, “Mengapa –wahai Rasulullah- engkau meminta demikian?” “Orang-orang miskin itu masuk ke dalam surga 40 tahun sebelum orang-orang kaya. Wahai ‘Aisyah, janganlah engkau menolak orang miskin walau dengan sebelah kurma. Wahai ‘Aisyah, cintailah orang miskin dan dekatlah dengan mereka karena Allah akan dekat dengan-Mu pada hari kiamat”, jawab Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam (HR. Tirmidzi no. 2352)
Keempat, Mencintai orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah
Para ulama menjelaskan bahwa mencintai orang miskin adalah landasan kecintaan pada Allah. Karena orang miskin tidaklah memiliki materi dibanding orang kaya. Namun seseorang harus mencintai si miskin itu karena Allah, artinya semakin si miskin itu beriman, ia pun semakin menaruh cinta padanya. Dari Abu Umamah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang mencintai karena Allah, membenci karena-Nya, memberi karena-Nya, dan tidak memberi juga karena-Nya, maka ia telah sempurna imannya” (HR. Abu Daud no. 4681, Tirmidzi no. 2521, dan Ahmad 3: 438).
Kelima, Mencintai orang miskin termasuk dalam wasiat Rasul shallallahu ‘alaihi wa sallam
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah berwasiat pada Abu Dzar Al Ghifari di mana Abu Dzar berkata, “Kekasihku (Rasulullah) shallallahu ‘alaihi wa sallam berwasiat kepadaku dengan tujuh hal: (1) supaya aku mencintai orang-orang miskin dan dekat dengan mereka, (2) beliau memerintahkan aku agar aku melihat kepada orang yang berada di bawahku dan tidak melihat kepada orang yang berada di atasku, (3) beliau memerintahkan agar aku menyambung silaturahmiku meskipun mereka berlaku kasar kepadaku, (4) aku dianjurkan agar memperbanyak ucapan laa hawla wa laa quwwata illa billah (tidak ada daya dan upaya kecuali dengan pertolongan Allah), (5) aku diperintah untuk mengatakan kebenaran meskipun pahit, (6) beliau berwasiat agar aku tidak takut celaan orang yang mencela dalam berdakwah kepada Allah, dan (7) beliau menasehatiku agar tidak meminta-minta sesuatu pun kepada manusia” (HR. Ahmad 5: 159).