Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Pelaku begal sadis yang kerap kali melukai korbannya dengan senjata tajam akhirnya diringkus aparat gabungan Polsek Panakkukang dan Polda Sulsel, Rabu dni hari (13/03/19). Pelaku adalah seorang remaja warga Jalan Tidung Mariolo Makassar berinisial FA alias Ririn (20).
Penangkapan Ririn berawal saat anggota Resmob Polsek Panakkukang dipimpin Ipda Roberth Hariyanto Siga melakukan patroli dan mendapat informasi aksi kejahatan begal di Jalan Adhyaksa Baru.
Berangkat dari informasi tersebut anggota Resmob Polsek Panakkukang diback up Resmob Polda Sulsel melakukan penyisiran dan penyelidikan, alhasil petugas berhasil menangkap Ririn yang sementara tidur dirumahnya di Jalan Tidung Mariolo Makassar, disana petugas juga menyita handphone yang diduga hasil kejahatan.
Kasubbag Humas Polrestabes Makassar AKP Alex Dareda mengungkapkan bahwa pelaku bersama seorang rekannya berinisial KC yang saat ini masih dalam pengejaran Polisi melukai tangan korbannya dengan pisau dapur lalu mengambil handphone korban di Jalan Adhyaksa saat jalan pulang kerumahnya.
“Pelaku mengikuti korban hingga di TKP (Tempat Kejadian Perkara) dan melakukan aksi curas, setelah melukai korbannya pelaku lari menggunkan motor yang dikendarai oleh rekannya (DPO),” ungkap AKP Alex.
Tidak hanya itu, pelaku juga mengakui telah melakukan beberapa aksi curas di wilayah Makassar diantaranya, di Jalan Pengayoman sekitar bulan 12 bersama rekannya mendapatkan sebuah Hp merk vivo f11 dan dijual keseorang penadah, melakukan jambret di sekitar waduk Antang dan mendapatkan handphone.
Selanjutnya anggota resmob melakukan pengembangan di TKP pelaku pun melawan petugas dan berusaha melarikan diri dan saat diberikan tembakan peringatan pelaku tidak mengindahkan dan terpaksa pelaku dilumpuhkan dengan timah panas mengenai kaki kiri pelaku sebanyak satu kali. Pelaku kemudian dibawa ke rumah sakit Bhayangkara untuk penanganan medis.
Pengamat Sosial khusus masalah kemiskinan dari Universitas Indonesia, Priadi Permadi mengatakan, fenomena pelaku aksi begal yang terjadi pada sejumlah kota besar di Indonesia merupakan bentuk kejahatan kriminal yang sejajar dengan masalah ekonomi. Kesenjangan sosial dan kesulitan hidup yang terjadi menjadi salah satu faktor pemicu kejahatan pelaku pembegalan di jalanan.
Pemicu lainnya kemudian ditambah dengan tidak adanya pemerataan lapangan kerja membuat masyarakat terutama pemuda dengan pendidikan rendah semakin sulit untuk mencari penghasilan. Untuk itu, masalah inilah yang utamanya perlu diatasi.
Tak hanya itu, menurut Priadi, faktor kriminal itu juga didorong dengan adanya iklan maupun film di televisi yang menunjukkan hidup bergelimangan harta. Akibatnya, orang pun akan menggunakan segala cara agar bisa menjadi seperti itu.
Selain itu, faktor penegakan hukum pun tak luput dari perannya dalam meningkatkan jumlah kriminalitas. Dengan jumlah aparat kepolisian yang kurang, ditambah faktor ekonomi para penegak hukum tersebut, menjadi faktor lainnya kriminalitas seperti pembegalan meningkat.
“Seharusnya penegak hukum pun memberikan hukuman yang setimpal bagi para pelaku kriminal tersebut. Jangan sampai kasus anak jalanan yang kemudian ditangkap dan bebas setelah ditebus menjadi salah satu faktor membuat anak jalanan tersebut berani melakukan kriminalitas lebih tinggi,” ucapnya.
Solusi yang dapat dilakukan untuk menghindarkan anak-anak dalam masalah seperti ini terutama orang tua dan pemerintah. Para orangtua seharusnya bersikap ekstra hati-hati dan memantau secara rutin setiap tahap perkembangan anaknya. Lalu pemerintah harus bekerja lebih maksimal lagi dalam mensejahterakan rakyatnya.
Misalnya, meringankan biaya pendidikan agar anak-anak memiliki ilmu dan skill yang bisa digunakan untuk meringankan beban orang tua mereka. Lalu memberikan dana/uang jatah bulanan kepada warga miskin. Membatasi jumlah penduduk tiap tiap pulau, sehingga tidak ada pertumbuhan yang terlalu tinggi di salah satu pulau/ pemindahan orang–orang ke pulau lain.
Penulis : Harmeno