Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Pendidikan agama bagi seorang anak merupakan hal yang penting karena bekal bagi kehidupan mereka nantinya.
Sementara Al Quran merupakan kitab umat Islam dimana setiap pengikutnya harus bisa membaca dan mempelajarinya.
Hal itulah yang mendasari Bhabinkamtibmas Polsek Anggeraja, Briptu Agus Zhuhry A, mengajar mengaji anak-anak di TPA Bhayangkara 1 Alhafiz Polsek Anggeraja, disela-sela kesibukannya.
Hal tersebut sudah ia lakukan sejak tahun 2016 lalu dan telah berhasil membuat banyak anak di Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang, Sulsel, khatam Al Quran.
Dan saat ini puluhan anak masih aktif belajar baca alquran bersamanya. Dia pun tidak pernah memungut bayaran sepeserpun dari ilmu yang ia salurkan kepada anak-anak tersebut.
Bagi Agus, mengajari anak Al-Quran berarti mengajak mereka untuk dekat kepada pedoman hidupnya.
Dengan cara itu, kelak ketika dewasa, anak-anak binaannya benar-benar dapat menjalani hidup sesuai dengan petunjuk Al-Quran.
“Saya mengajar mereka bukan karena saya pintar, tetapi hanya ingin menyalurkan ilmu yang sedikit saya punya kepada anak-anak,” kata Briptu Agus Zhuhry, Rabu (05/12/18).
Selain mengajar mengajar mengaji, Briptu Agus juga memberikan nasihat kepada anak binaanya, agar rajin belajar dan hormat kepada orangtua dan guru.
Dia juga mensosialisasikan bahaya narkoba kepada anak binaannya agar menghindari obat-obatan terlarang tersebut. (Humas Polres Enrekang)
Apa yang dilakukan Briptu Agus Zhuhry yang meluangkan waktunya untuk mengajar anak-anak mengaji mempunyai keutamaan besar, bagaimanakah keutamaan mengajarkan ilmu? Berikut beberapa keutamaannya yang disalin dari rumaysho.com.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.
Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat, menulis buku dalam ilmu yang bermanfaat.
Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)
Bentuk pengajaran ilmu yang bisa diberikan ada dua macam:
Dengan lisan seperti mengajarkan, memberi nasehat dan memberikan fatwa.
Dengan perbuatan atau tingkah laku yaitu dengan menjadi qudwah hasanah, memberi contoh kebaikan.
Khusus dakwah dengan qudwah hasanah, yaitu langsung memberikan teladan, maka jika ada orang yang mengikuti suatu amalan atau meninggalkan suatu amalan karena mencontoh kita, itu sama saja dengan bentuk dakwah pada mereka. Hal ini termasuk pada ayat,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran: 110).
Keutamaan Mengajarkan Ilmu
Ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang ia ajarkan.
Orang yang mengajarkan ilmu berarti telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, demi baiknya tatanan masyarakat lewat saling menasehati.
Termasuk bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
Akan membimbing dan mewujudkan kehidupan bahagia pada tiap individu masyarakat dengan adanya adab dan hukum Islam yang tersebar.
Intinya, ajarkanlah ilmu yang dimiliki walau satu ayat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari no. 3461).
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 360).
Penulis : Sumarwan