Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Cuaca yang tidak menentu dan intensitas curah hujan yang tinggi, membuat Dusun Lurah di Desa Mandatte, Kecamatan Anggeraja masih belum aman terhadap bencana alam.
Untuk mengantisipasi akan hal itu, Sat Sabhara Polres Enrekang terus melaksanakan giat patroli tanggap bencana alam diwilayah hukum Polres Enrekang, Selasa (03/03/2020).
Kasat Sabhara Polres Enrekang AKP Rusli, SH mengatakan, sengaja hal itu dilakukan, pasalnya daerah tersebut kerap dilanda bencana alam seperti pohon tumbang.
“Ya, seperti yang kita ketahui bersama, bahwasanya ketika curah hujan yang tinggi, daerah di Jalan Dusun Lurah Desa Mandatte Kecamatan Anggeraja itu menyebabkan beberapa pohon tumbang yang mengakibatkan jalanan tertutup,” kata Kasat Sabhara Polres Enrekang.
Dirinya menambahkan, para anggotanya siap di gerakkan, jika sewaktu-waktu apabila ada bencana alam di wilayah hukum Polres Enrekang. Seperti saat mengevakuasi pohon tumbang di Dusun Lurah, Desa Mandatte, Kecamatan Anggeraja, Kabupaten Enrekang.
“Berkaitan dengan itu, kita (Polres Enrekang) bakal terus melaksanakan koordinasi dan kolaborasi dengan instansi yang ada di wilayah hukum Polres Enrekang, tujuannya guna untuk mengantisipasi bencana alam,” tambahnya.
Aksi tanggap bencana yang dilakukan Satsabhara Polres Enrekang yang mengevakuasi pohon tumbang merupakan salah satu upaya yang dapat menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan Polri.
Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, perlu dipahami kedua kemampuan ini yakni kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.