Monday, February 17, 2025

Pimpinan Tajul Khalwatiyah di Gowa Ditetapkan Sebagai Tersangka Kasus Penistaan Agama

Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Pimpinan Tajul Khalwatiyah, Gowa, Puang Lallang alias Mahaguru (74), dijerat pidana pencucian uang. Puang Lallang sebelumnya ditetapkan oleh Polres Gowa sebagai tersangka kasus penistaan agama.

Kapolres Gowa, Sulsel, Akbp Shinto Silitonga mengatakan, jerat pidana pencucian uang ini berawal dari pengembangan penyidikan. Diduga Puang Lallang alias Mahaguru memungut uang dari pengikutnya yakni penjualan kartu surga. Kartu surga diklaim tersangka akan membebaskan dosa-dosa pengikutnya semasa hidup.

“Tersangka menjual kartu surga atau disebut kartu Wifiq ke jemaahnya, dengan mahar Rp 10 ribu sampai Rp 50 ribu, pengikutnya juga diharuskan menyetor zakat pada tersangka,” ujar Shinto saat menggelar press conference, Senin (04/11) pagi.

Selain modus ekonomi, tersangka juga diketahui menikahkan pengikutnya, tanpa dihadiri wali nikah dan dokumen resmi dari Kantor Urusan Agama (KUA) setempat.

Lebih lanjut, Puang Lallang melantik dirinya sebagai rasul dan mahaguru pada 9 September 1999. Tersangka diketahui membuat kitab suci sendiri yang diajarkan ke ratusan pengikutnya di daerah Patalassang, Bajeng, dan Pallangga. Kitab tersebut diakui tersangka ditemukan di peti jenazah Syekh Yusuf.

Tak hanya itu, tersangka juga diduga melakukan perubahan isi kitab suci Alquran. Hal ini yang membuat geram pengurus Majelis Ulama Indonesia (MUI) yang menyebut ajaran Puang Lallang sesat, berdasarkan Fatwa MUI Gowa, tanggal 16 November 2016.

Dalam upaya kepolisian telah melakukan penyitaan barang bukti sebanyak 138 item dan barang bukti dari MUI Kabupaten Gowa sebanyak 21 item yang dikumpulkan MUI dari pengikut dan mantan pengikut Puang Lalang.

“Terhadap pelaku akan kita jerat dengan Pasal 156a KUHP dan/atau Pasal 378 KUHP dan/atau Pasal 372 KUHP dan/atau Pasal 3,4, dan 5 UU No.8 tahun 2019 dan/atau UU No. 22 tahun 1946 dengan ancaman hukuman 5 hingga 20 tahun penjara,” ujar Shinto.

Kapolres Gowa menghimbau agar masyarakat mengindahkan rekomendasi larangan yang dikeluarkan Bupati Gowa dan berharap agar tempat kediaman PL Alias Maha guru tidak lagi menjadi pusat penyebaran aliran Tarekat Ta’jil Khalwatiyah yang telah ditetapkan oleh Pemda Gowa.

Ada saja manusia yang melecehkan agama ini, sebagian mereka mengolok-olok Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau sunnah Rasulullah, atau mencibir kaum beriman, dan mencibir syariat-Nya. Ini menunjukkan adanya nifaq atau ingkar dalam hati mereka. Sekiranya memang ia seorang yang benar-benar beriman, pasti ia akan mengagungkan Allâh dengan sebenar-benarnya.

Dan orang yang mengejek agama Allah ini, atau ayat-ayat-Nya, atau mencibir Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam, maka ia telah kafir kepada Allâh Azza wa Jalla, meski itu hanya sekedar gurauan belaka.

Sungguh sangat naif ketika seseorang yang hidup di tengah kaum muslimin, namun justru melecehkan agama ini. Memang, bila telah hilang perasaan pengagungan kepada Allah dari hati seseorang, maka segala bentuk kelancangan terhadap Allah akan mudah ia lakukan. Mulai dari tidak mau menjalankan syariat-Nya, hingga sampai pada taraf lancang melecehkan Allah, Rasul dan agama-Nya.

Mengolok-olok Allah Subhanahu wa Ta’ala, atau melecehkan Rasul-Nya Shallallahu ‘alaihi wa sallam, atau mencibir sesuatu dari syariat Islam, merupakan bentuk kemurtadan, keluar dari Islam. Ia adalah kejahatan yang paling parah. Hal semacam ini tidak akan muncul dari hati yang beriman. Adanya bentuk pelecehan seperti ini, merupakan bukti kekufuran dan lenyapnya iman.

Marilah kita kembali mengintrospeksi diri, agar senantiasa diberi taufiq oleh Allâh Subhanahu wa Ta’ala untuk selalu menggenggam iman dan Islam. Dan perlu ditekankan di sini, bahwa makar musuh Islam yang melecehkan para Nabi dan mencibir apa yang mereka bawa, sejatinya akan berbalik menimpa diri mereka sendiri.

Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (QS. Al-An’am : 10).

Allah Subhanahu wa Ta’ala telah mengadzab banyak kaum di dunia, seperti kaum Nuh, kaum Luth, kaum Fir’aun. Dan Allah Subhanahu wa Ta’ala memberitakan siksa-Nya untuk mereka dan yang semisal mereka di akhirat kelak. Mereka yang mencerca agama ini, diliputi kehinaan di dunia, adzab pedih menanti di akhirat, serta kebinasaan yang disegerakan di dunia.

Maka marilah kita teguh memegang agama kita. Kita mengambil pelajaran dari apa yang menimpa para nabi. Tidaklah mereka dihina, melainkan mereka tetap kokoh pada agamanya. Kita buktikan bahwa kita tidak lemah dikarenakan hinaan dan cercaan yang ada. Dan tidaklah boleh sama sekali bagi kita untuk memberi loyalitas kepada mereka.

Related Posts

1 of 1,449
error: Mohon maaf tidak bisa klik kanan !! Terima Kasih