Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Jalur Gaza diistilahkan oleh warga Kecamatan Bontoala adalah jalur atau jalan yang sering digunakan oleh sekelompok pemuda di Jalan Kandea Kota Makassar sebagai tempat terjadinya perang antar kelompok.
Dan untuk mengantisipasi terjadinya perang kelompok antar pemuda, Kapolsek Bontoala AKP Syamsuardi, S.Sos.,MH memimpin langsung Personilnya melaksanakan patroli di wilayah tersebut, Sabtu (15/05/21).
Di katakan oleh Kapolsek bahwa Patroli dilakukan terkait seringnya terjadi perang antar kelompok yang tentunya sangat meresahkan warga masyarakat sekitar area tersebut.
“Kami akan terus menerus melaksanakan patroli di lokasi yang sering terjadi perang kelompok sehingga niat untuk melakukan perang kelompok tidak terjadi karena kehadiran kami di lapangan,” ujar Kapolsek.
Di samping itu Kapolsek bersama personilnya juga melakukan penyisiran dengan berjalan kaki dan memberikan himbauan Kamtibmas kepada masyarakat untuk tetap menjaga keamanan dan kondusifitas wilayah dengan tidak melakukan aksi perang kelompok.
Sangat jelas bahwa perkelahian remaja, terutama yang masih berstatus pelajar akan merugikan orang lain. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar dengan usia yang menanjak remaja. Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.
Mungkin adalah yang paling dikhawatirkan adalah berkurangnya penghargaan remaja terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para remaja itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.
Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi, tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.
Padahal penyebab perkelahian remaja atau pelajar tidaklah sesederhana itu, terutama di kota besar. Masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.
Perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Terhadap kenakalan remaja ini, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.
Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi.