Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Berada ditengah kerumunan anak kecil sudah biasa bagi Polwan yang satu ini Aipda Suhati, anggota Sat Binmas Polres Bone.
Suhati yang memilki tugas pokok sebagai pengayom, pelindung dan pelayan masyarakat ini juga memiliki kesibukan diluar sebagai Guru mengaji dibeberapa tempat.
Hal demikian tak menghalangi dirinya untuk bertugas sebagai anggota Polri karena dilakukan setelah pulang dari kantor. Suhati menuturkan bahwa guru mengaji memiliki peranan penting dalam membentuk generasi yang berakhlakul karimah sehingga menanamkan sejak dini kecintaan pada Al-Qur’an dengan membaca Alquran.
Sebagai guru mengaji dilakoni sejak 5 tahun lalu tanpa ada rasa keluh kesah walaupun jarak yang di tempuh cukup jauh, hal itu dilakukan untuk melahirkan generasi Qurani. Hujan dan panas merupakan hal biasa baginya yang penting tugas sebagai guru mengaji tetap berjalan.
“Guru mengaji merupakan amalan mulia sehingga harus dijalankan dengan ikhlas,” ujar Suhati.
Sekedar diketahui, Suhati mengajar mengaji sudah menjadi panggilan jiwa, tanpa digajipun Suhati tetap menjadi guru mengaji dan memberikan bimbingan kepada anak-anak dengan hati ikhlas, semata-mata hanya karena Allah SWT.
Keputusan yang diambil Aipda Suhati sebagai guru mengaji merupakan wujud kepedulian terhadap anak-anak.
“Banyak anak-anak di luar sana tidak tahu mengaji bahkan orang dewasapun masih banyak yang tidak tahu, untuk itu saya mengajar mengaji sebagai wujud kepedulian saya terhadap mereka,” ungkapnya.
Apa yang dilakukan Aipda Suhati yang rela meluangkan waktunya untuk mengajar anak-anak mengaji mempunyai keutamaan besar, bagaimanakah keutamaan mengajarkan ilmu? Berikut beberapa keutamaannya yang disalin dari rumaysho.com.
Dari Abu Mas’ud Uqbah bin Amir Al Anshari radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa yang menunjuki kepada kebaikan maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang mengerjakannya.” (HR. Muslim no. 1893).
Kebaikan yang dimaksudkan dalam hadits ini adalah kebaikan agama maupun kebaikan dunia. Berarti kebaikan yang dimaksudkan bukan hanya termasuk pada kebaikan agama saja.
Termasuk dalam memberikan kebaikan di sini adalah dengan memberikan wejangan, nasehat, menulis buku dalam ilmu yang bermanfaat.
Hadits di atas semakna dengan hadits dari Abu Hurairah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kebaikan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya ganjaran semisal ganjaran orang yang mengikutinya dan sedikitpun tidak akan mengurangi ganjaran yang mereka peroleh. Sebaliknya, barangsiapa menjadi pelopor suatu amalan kejelekan lalu diamalkan oleh orang sesudahnya, maka akan dicatat baginya dosa semisal dosa orang yang mengikutinya, tanpa mengurangi dosanya sedikit pun.” (HR. Muslim no. 1017)
Bentuk pengajaran ilmu yang bisa diberikan ada dua macam:
- Dengan lisan seperti mengajarkan, memberi nasehat dan memberikan fatwa.
- Dengan perbuatan atau tingkah laku yaitu dengan menjadi qudwah hasanah, memberi contoh kebaikan.
Khusus dakwah dengan qudwah hasanah, yaitu langsung memberikan teladan, maka jika ada orang yang mengikuti suatu amalan atau meninggalkan suatu amalan karena mencontoh kita, itu sama saja dengan bentuk dakwah pada mereka. Hal ini termasuk pada ayat,
“Kamu adalah umat yang terbaik yang dilahirkan untuk manusia, menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar.” (QS. Ali Imran: 110).
Keutamaan Mengajarkan Ilmu
- Ia akan mendapatkan pahala semisal pahala orang yang ia ajarkan.
- Orang yang mengajarkan ilmu berarti telah melakukan amar ma’ruf nahi munkar, demi baiknya tatanan masyarakat lewat saling menasehati.
- Termasuk bentuk saling tolong menolong dalam kebaikan dan takwa.
- Akan membimbing dan mewujudkan kehidupan bahagia pada tiap individu masyarakat dengan adanya adab dan hukum Islam yang tersebar.
Intinya, ajarkanlah ilmu yang dimiliki walau satu ayat. Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari no. 3461).
Yang dimaksud dengan hadits ini adalah sampaikan kalimat yang bermanfaat, bisa jadi dari ayat Al Qur’an atau hadits (Lihat Tuhfatul Ahwadzi, 7: 360).