Monday, February 17, 2025

Terlibat Perkelahian, Seorang Remaja Perempuan Diamankan Polsek Tamalanrea

Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Unit Opsnal Polsek Tamalanrea dipimpin Kanit Reskrim Iptu Amrullah Setiawan melakukan penangkapan terhadap pelaku tindak pidana penganiayaan, Selasa (05/11/19). Pelaku adalah seorang perempuan berinisial EV (17) yang masih duduk dibangku sekolah dan tercatat sebagai warga BTN Antara Jalan Perintis Kemerdekaan Kelurahan Tamalanrea, Kota Makassar.

Kasubbag Humas Polrestabes Makassar Kompol Alex Daredaa mengatakan penganiayaan terjadi ketika korban bersama temannya bertemu dengan pelaku di tempat perbelanjaan (Alfamart) BTN Antara Jalan Printis Kemerdekaan Makassar.

Korban menegur teman pelaku dengan kata “apa liat-liat”, tidak terima temannya ditegur pelaku marah lalu mendekati korban dan berujung penganiayaan. “Pelaku menganiaya korban dengan cara menarik jilbab dan mencakar muka korban yang mengakibatkan luka pada wajah korban,” tutur Kompol Alex Dareda.

Personil anggota opsnal Polsek Tamalanrea yang menerima laporan terjadinya penganiayaan di BTN Antara Jalan Perintis Kemerdekaan pun langsung mendatangi TKP namun pelaku sudah meninggalkan TKP. Setelah dilakukan pencarian, pelaku yang sementara duduk di pinggir alan Printis Kemerdekaan Makassar berhasil diamankan polisi.

Di hadapan petugas EV mengakui melakukan penganiayaan lantaran tidak terima dengan ucapan korban yang mengatakan “Apako adama disini jangko munafik, yang kau temani pacaran itu belum tentu yang kau temani menikah”. Kini pelaku berada di Mapolsek Tamalanrea untuk menjalani proses hukum lebih lanjut.

Sangat jelas bahwa perkelahian remaja, terutama yang masih berstatus pelajar akan merugikan orang lain. Paling tidak ada empat kategori dampak negatif dari perkelahian pelajar dengan usia yang menanjak remaja. Pelajar (dan keluarganya) yang terlibat perkelahian sendiri jelas mengalami dampak negatif pertama bila mengalami cedera atau bahkan tewas.

Mungkin adalah yang paling dikhawatirkan adalah berkurangnya penghargaan remaja terhadap toleransi, perdamaian dan nilai-nilai hidup orang lain. Para remaja itu belajar bahwa kekerasan adalah cara yang paling efektif untuk memecahkan masalah mereka, dan karenanya memilih untuk melakukan apa saja agar tujuannya tercapai.

Begitu juga dari tingkat ekonominya, yang menunjukkan ada sebagian pelajar yang sering berkelahi berasal dari keluarga mampu secara ekonomi, tuduhan lain juga sering dialamatkan ke sekolah yang dirasa kurang memberikan pendidikan agama dan moral yang baik. Begitu juga pada keluarga yang dikatakan kurang harmonis dan sering tidak berada di rumah.

Padahal penyebab perkelahian remaja atau pelajar tidaklah sesederhana itu, terutama di kota besar. Masalahnya sedemikian kompleks, meliputi faktor sosiologis, budaya, psikologis, juga kebijakan pendidikan dalam arti luas (kurikulum yang padat misalnya), serta kebijakan publik lainnya seperti angkutan umum dan tata kota.

Perkelahian yang melibatkan pelajar usia remaja digolongkan sebagai salah satu bentuk kenakalan remaja (juvenile deliquency). Terhadap kenakalan remaja ini, dalam hal perkelahian, dapat digolongkan ke dalam 2 jenis delikuensi yaitu situasional dan sistematik.

Pada delikuensi situasional, perkelahian terjadi karena adanya situasi yang mengharuskan mereka untuk berkelahi. Keharusan itu biasanya muncul akibat adanya kebutuhan untuk memecahkan masalah secara cepat. Di sini ada aturan, norma dan kebiasaan tertentu yang harus diikuti anggotanya, termasuk berkelahi.

Related Posts

1 of 1,371
error: Mohon maaf tidak bisa klik kanan !! Terima Kasih