Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Segala sesuatunya telah ditakdirkan oleh Allah ta’ala, begitu juga dengan manusia masing-masing memiliki takdir dan takdir telah ditetapkan jauh sebelum manusia ada didunia ini, termasuk perkara kematian.
Seperti saat Bhabinkamtibmas Polres Luwu Brigadir Fauzi Marang melayat kerumah warganya yang meninggal di Desa Buntu Batu, Senin (16/12/19) disana ia menasehatkan kepada masyarakat bahwa peristiwa tersebut (Kematian) merupakan hal yang pasti yang telah tertulis di Lauhul Mahfudz.
Brigadir Fauzi Marang mengungkapkan bahwa warganya yang meninggal tersebut merupakan salah satu tokoh perempuan di Desa Buntu Batu. “Beliau sudah lama sakit dan sudah berobat hingga ke Makassar, namun takdir berkendak lain dan beliau meninggal pada malam Senin pukul 20.00 Wita dan akan dikebumikan di Pekuburan Umum Desa Buntu Batu.
Setelah mayat selesai dimandikan dan hendak di Shalatkan di Masjid, Brigadir Fauzi tanpa diminta langsung ikut mengusung jenazah ke Masjid hingga ke lokasi penguburan berbaur dengan keluarga dan masyarakat sekitar.
“Itu salah satu bentuk penghormatan kami kepada beliau (Mayit) dan salah satu cara untuk dekat dengan warga binaan. Biar kami dengan warga binaan tidak ada perbedaan,” kata Brigadir Fauzi.
Kepedulian Brigadir Fauzi yang hadir melayat dirumah duka hingga ikut mengusung peti jenazah merupakan bentuk penghormatan terhadap jenazah maupun keluarga jenazah, selain itu hal tersebut juga merupakan hak seorang muslim terhadap muslim lainnya, Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Hak seorang Muslim terhadap sesama Muslim ada enam, yaitu: (1) jika kamu bertemu dengannya maka ucapkanlah salam, (2) jika ia mengundangmu maka penuhilah undangannya, (3) jika ia meminta nasihat kepadamu maka berilah ia nasihat, (4) jika ia bersin dan mengucapkan: ‘Alhamdulillah’ maka doakanlah ia, (5) jika ia sakit maka jenguklah dan (6) jika ia meninggal dunia maka iringilah jenazahnya”.(HR. Muslim).
Selain menjadi hak muslim, melayat juga mempunyai pahala yang besar disisi Allah ta’ala, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Barangsiapa melayat jenazah muslim karena iman dan ikhlas, ia menyertainya hingga shalat jenazah dan menyelenggarakan pemakamannya, maka dia membawa pahala dua qirath, satu qirath semisal bukit uhud. Dan barangsiapa ikut shalat jenazah kemudian pulang sebelum jenazah itu dimakamkan, maka ia membawa pulang pahala satu qirath. (HR. Bukhari)
Hal ini (Melayat) juga menjadi cara untuk terus mengingat kematian yang muaranya akan membuat kita betul betul mempersiapkan bekal sebelum ajal menjemput sebab tidak satupun manusia yang bisa lari dari kematian, “Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa: 78).
Dengan mengingat kematian juga membuat kita menjadi manusia yang cerdas, dari Ibnu Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.” “Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).