Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Salah Satu kearifan lokal diwilayah Kabupaten Sidrap adalah acara “Mappatentong Bola” (Bahasa bugis yang artinya mendirikan rumah), demikian kegiatan tersebut dilakukan Bhabinkamtibmas Polsek Dua Pitue Aiptu Tamiruddin di Desa Kalosi, Kecamatan Dua Pitue, Kabupaten Sidrap bersama warga bergotong royong mengerjakan rumah panggung milik Larame, Senin (19/08/19).
Aiptu Tamir menjelaskan bahwa selaku anggota Polri utamanya Bhabinkamtibmas haruslah mampu menjadi bagian dari masyarakat, salah satunya yaitu ikut serta dalam setiap kegiatan gotong royong diwilayah binaan.
“Hal itu bertujuan agar dapat menjalin hubungan yang baik, sinergitas serta kemitraan dengan masyarakat dalam menjaga situasi kamtibmas diwilayah polsek Dua Pitue,” ungkap pak babin.
Dengan kehadiran Bhabinkamtibmas Polsek Dua Pitue Aiptu Tamiruddin bergotong royong bersama warga membangun rumah panggung diharapkan akan lebih mempererat hubungan silaturahmi antara warga binaan dengan Polri (Bhabinkamtibmas) sehingga dapat memberikan citra Polri yang positif dan empati di mata masyarakat.
Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, perlu dipahami kedua kemampuan ini yakni kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi.
Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.