Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Polres Palopo menggelar latihan Pra Operasi Sikat Lipu 2022 di Aula Tantya Sudhirajati Polres Palopo, Rabu (10/8/2022). Kapolres Palopo AKBP Muh Yusuf Usman memimpin langsung pelatihan tersebut.
Operasi Sikat ini rencananya akan dilaksanakan selama 20 hari, terhitung mulai tanggal 11 Agustus sampai dengan 30 Agustus 2022 dengan mengedepankan fungsi Reskrim didukung oleh fungsi yang lain.
Melalui pelatihan tersebut, Polres Palopo dan Polsek jajaran siap menanggulangi kejahatan curas (Pencurian dengan kekerasan), curat (Pencurian dengan pemberatan) dan curanmor (Pencurian kendaraan bermotor) di wilayah Hukum Polres Palopo.
“Tujuan diadakannya operasi ini untuk menciptakan situasi kamtibmas yang kondusif dan melakukan penegakan hukum terhadap pelaku, sindikat dan penadah dari kejahatan curas, curat dan curanmor selama berlangsungnya operasi diseluruh wilayah hukum Polres Palopo,” ujar Kapolres Palopo.
Dalam arahannya Kapolres Palopo menyampaikan kepada seluruh personel yang terlibat dalam pelaksanaan Operasi Sikat Lipu 2022 Polres Palopo dapat maksimal dalam setiap kegiatan sesuai dengan TO (Target Operasi) yang telah ditentukan.
“Pada penanganan tindak pidana kejahatan curat, curas, dan curanmor di wilayah hukum kita,” jelasnya.
“Giat ini mengedepankan hukum didukung kegiatan preventif dalam rangka menciptakan rasa aman serta memelihara situasi kamtibmas agar tetap kondusif,” tambahnya.
“Personel harus betul-betul melaksanakan dengan penuh rasa tanggung jawab untuk mengungkap target operasi maupun bukan target operasi serta hindari pelanggaran sekecil apapun yang dapat menurunkan citra polri ditengah masyarakat selama pelaksanaan operasi Sikat Lipu 2022 ini,” ajaknya.
Aksi kejahatan jalanan tentu sangat meresahkan bagi masyarakat, terutama bagi para korban itu sendiri. Korban tidak hanya kehilangan barang yang dimilikinya, akan tetapi juga mengalami luka fisik, psikologis dan ada juga yang sampai kehilangan nyawanya.
Begal mengakibatkan trauma yang mendalam bagi sang korban dikarenakan korban mengalami suatu kejadian yang tanpa sengaja dan ditambah lagi dengan kekerasan yang menimpanya.
Kejahatan jalanan seperti penjambretan dan penodongan dilakukan pelaku karena banyak hal. Kesulitan ekonomi, menjadi salah satu faktor utama alasan pelaku kejahatan melakukan aksi penjambretan dan penodongan.
Pelaku kejahatan jalanan ini bisa dilakukan oleh siapa saja. Tetapi kebanyakan, dilakukan oleh masyarakat di tingkat ekonomi bawah. Pengangguran, menjadi salah satu golongan pelaku yang kerap melakukan aksi penjambretan.
Untuk lokasi yang rawan kejahatan jalanan, ini biasanya terjadi di pusat perbelanjaan, tempat keramaian hingga jalanan umum. Kejahatan jalanan seperti perampasan atau jambret dan penodongan banyak menyasar kaum hawa. Perempuan rentan menjadi sasaran karena dianggap tidak akan melawan. Tidak hanya itu, kaum wanita memiliki ciri khas tersendiri dalam membawa tasnya.
Pengamat Sosial dan Politik Universitas Tanjungpura, M Sabran menilai fenomena kejahatan “Begal” yang terjadi di sejumlah kota besar di Indonesia hampir sama dengan kejahatan jambret.
Menurut dia, dibalik meningkatnya kejahatan tersebut, harus ada pengkajian terlebih dahulu untuk mengatasi agar tidak meresahkan masyarakat. Seorang pelaku kejahatan biasanya lekat hubungannya dengan penggunaan narkoba dan minuman keras.
“Atau yang perlu diwaspadai juga apakah ini ada hubungannya dengan teror seperti yang banyak terjadi saat ini pembunuhan, pemerkosaan. Motif apa dibalik kejahatan ini jangan sampai muncul curiga saling curiga yang menimbulkan kondisi yang tidak kondusif,” kata dia.
Dirinya juga menjelaskan sebuah kejahatan itu tidak mungkin dapat berdiri sendiri. Dia berpendapat dibalik aksi kejahatan tentulah ada faktor-faktor lain yang mempengaruhi dan perlu diperdalam penyelidikannya, selain alasan klasik seperti himpitan ekonomi. Kejahatan dapat terjadi karena adanya niat dan kesempatan serta kelemahan dan ketidakwaspadaan masyarakat dimanfaatkan oleh pelaku.
“Kesempatan menurut mereka itu akibat daripada kelemahan masyarakat yang dimanfaatkan oleh si pelaku, maka dari itu saya kira perlu adanya suatu kewaspadaan di dalam diri,” kata dia.
Dalam konteks kejahatan itu pasti terorganisir, adanya kelompok dan penguasaan wilayah tertentu. Bagaimana hasil dari kejahatan itu akan disetorkan kepada pimpinan pada wilayah kekuasaannya.
Oleh karena itu dirinya meminta aparat keamanan dan instansi lain juga harus berpartisipasi seperti dalam mencegah dan mengatasi hal tersebut, seperti melakukan penjagaan di daerah rawan dan jam yang rawan serta penerangan jalan untuk daerah yang sepi dan gelap harus dioptimalkan.
Aparat kepolisian dan instansi lain harus mempunyai suatu konsep pemetaan wilayah rawan untuk di lakukan patroli terutama di jam-jam rawan. Dan lokasi jalan rawan aksi kejahatan seperti jambret ataupun begal itu hendaknya diberi penerangan jalan yang maksimal.