Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Biro Ops Polda Sulsel bekerjasama dengan Kesbangpol Propinsi Sulsel menggelar Forum Group Discussion (FGD) yang bertema “Implementasi Membangun Sistem Deteksi Dini Potensi Konflik Sosial di Provinsi Sulsel”, Jumat, (26/07/19) di Aula Serbaguna Mapolda Sulsel
FGD tersebut berlangsung meriah diikuti oleh para PJU Polda Sulsel, Kapolrestabes dan Kapolres jajaran Poda Sulsel, para Kabag Ops, Kasat Intel, dan Kasat Binmas, selain itu turut pula dihadiri para Kepala Dinas lingkup Propinsi Sulsel.
Para pemateri yang tampil dalam FGD tersebut diantara Guru Besar Unhas Prof. Dr. Alwi Rachman, Staf Ahli Kapolda yang juga Guru Besar Unhas Dr. Sakka Pati, Karo Ops Polda Sulsel, Kepala Kesbangpol Propinsi Sulsel dan Wadir Binmas Polda Sulsel.
Karo Ops Polda Sulsel dalam paparan tentang peran kempemimpinan digital dalam sistem Deteksi Dini Konflik Sosial guna terwujudnya Harkamtibmas, menjelaskan bahwa menuju Indonesia Emas 2045 harus mengatasi 4 hal Prioritas Polri , yaitu mengatasi konflik sosial, kejahatan konvensional, narkoba dan terorisme, dalam mengatasi ini Polri memiliki selain peralatan manual juga harus memiliki peralatan digital seperti command centre.
Polri mesti mengikuti jaman baik dalam sisi positif maupun dalam mengatasi hal negatif, oleh itu Polri memiliki patroli cyber, command centre sesuai semangat Revolusi Industri 4.0, guna menangkal potensi konflik dari medsos antara lain hoaks, fitnah, ujaran kebencian yang mengarah sebagai agitasi, provokasi dan propaganda.
Lebih lanjut Karo Ops menjelaskan bahwa Indonesia memiliki pengguna Internet sebanyak 32 Juta atau 52% dari penduduk Indonesia, serta 129 juta telah memiliki akun dan para pengguna Internat menghabiskan waktunya 3,5 jam perhari untuk beraktifitas dengan Internet,
“Olehnya itu Polri harus memperkuat IT dan Media, sebagai cyber troop guna meningkatkan citra dan saat ini Polda Sulsel juga memilik aplikasi SIDIPO (Sistem Deteksi Dini Potensi Konflik), aplikasi ini sebagai sarana pelaporan, dan merespon serta menganalisis laporan secara lebih singkat dan efektif,” ungkap Karo Ops.
Sementara Prof DR. Alwi Rahman memaparkan potensi konflik yang paling berbahaya yaitu yang berasal dari kekerasan simbolik, seperti menjelek-jelekkan identitas atau meremehkan bendera.
Lebih lanjut Guru Besar Unhas tersebut menjelaskan bahwa terdapat 4 (empat) strategi sosial budaya dalam meredam potensi koflik diantaranya, strategi komunikasi, implementasi, strategi pelibatan publik dan deliberisas.
Mantan Staf Ahli Polda Sulsel ini menjelakan bahwa strategi komunikasi yaitu dengan pelibatan tokoh-tokoh intelektual yang membantu mengembangkan wacana, juga dengan melibatkan media dan saluran komunikasi menggunakan framing efektif.
Sedangkan Implementasi yakni menggunakan pola profesional untuk merumuskan tindakan yang sejajar dengan ideologi-ideologi yang berpengaruh, kemudian pelibatan publik , yaitu membangun keterlibatan publik dalam membuata resolusi konflik dan deliberisasi yaitu dengen berembuk untuk mempertimbangkan atau mencari gagasan terbaru untuk menyelesaikan konflik.
Sementara itu DR. Sakka Pati dalam FGD tersebut membahas deteksi potensi konflik, Staf Ahli Kapolda Sulsel ini membeberkan tentang deteksi dini potensi konflik melalui pendekatan konflik.
Menurut Sakka Pati, konflik terjadi pada beberapa ruang, ruang kekuasaan/Negara, ruang masyarakat sipil dan sektor swasta dan pada umumnya paling besar muncul di media sosial melalu hate speech, hoaks dan Saraceen.
“Seperti pada pemilu 2109, dunia maya menjadi sumber konflik yang juga karena hoaks, data Kemeninfo, isu sara terjadi 648 selama Maret 2019 yang sebelumnya januari hanya 135 isu,” jelas Sakka Pati.
Lebih lanjut Dr. Sakka Pati menjelaskan peran Polisi sebagai garda terdepan dalam deteksi dini potensi konflik dengan taglinen Promoter, Polda Sulsel berhasil menurunkan zona merah wilayah Sulsel menjadi zona hijau jelang pemilu serentak.
“Tapi yang harus kita antisipasi kedepan yaitu 13 Kabupaten dan Kota yang akan menggelar Pilkada tahun 2020, harus ada upaya bersama mendeteksi dini potensi konflik,” tegas Dr. Sakka Pati.