Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Hadirnya Polri ditengah masyarakat semakin di rasakan. Sosok pelindung, pengayom dan pelayan masyarakat itu semakin kuat bersinergi dengan warganya, ikut andil dalam berbagai kegiatan kemasyarakatan sebagai wujud pelayanan prima menambah harmonis Korps seragam coklat itu dengan warganya.
Seperti sikap empati Kapolsek Bungoro AKP Hari Suwita pergi melayat kerumah warganya yang meninggal sekaligus ikut memikul jenazah ke Pekuburan Kampung Lejang, Kec. Bungoro Pangkep, Rabu (22/05/19). Selain itu Kapolsek juga menyiapkan mobil untuk membawa jenazah dan keluarga.
AKP Hari Suwita memang dikenal ramah dan rutin menyambangi warga. Kesibukan menjalankan rutinitas kerja tidak mengurangi waktu untuk membaur dengan warganya, apalagi yang kena musibah seperti ini. Keluarga Almarhumah sangat berterima kasih atas kepedulian Kapolsek Bungoro melayani warganya. “Dalam menjalankan tugas dan melayani masyarakat kita harus ikhlas dan jangan segan membantu warga,” ucap AKP Hari Suwita.
Ikhlas, benar dan berkualitas dalam menjalankan tugas selalu ditekankan disetiap arahan kepada para anggotanya. Tidak hanya sebatas ucapan, perwira dengan tiga balok dipundak tersebut mengimplementasikan dalam tugas sehari-harinya. “Jika kita kerja ikhlas, semua akan bernilai ibadah”, imbuhnya.
Kepedulian yang diperlihatkan Kapolsek Bungoro yang mengusung jenazah warganya ke pemakaman dalam rangka menjalin hubungan erat antar aparat Kepolisian dengan warga, juga memperkokoh keberadaan Polisi sebagai bagian dari masyarakat.
Untuk membangun dampak positif pada tubuh Polri dibutuhkan kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dikehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi.
Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.