Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Wujudkan Polisi yang Promoter (Profesional, Modern dan Terpercaya), Kapolsek Bajeng Polres Gowa Iptu Hasan Fadhlyh ungkapkan belasungkawa dengan melayat ke rumah warganya yang berduka yakni Kepala Dusun Bontoramba Abd. Hamid Dg. Nai di Dusun Bonroramba, Desa Manjalling, Kec. Bajeng Barat, Kab. Gowa, Kamis (21/11/19).
Selain datang melayat, ungkapan belasungkawa lainnya yang dilakukan Iptu Fadhlyh yang masih mengenakan seragam dinas turun langsung bersama anggotanya dan warga mengusung keranda jenazah dan mengantarkannya ke pemakaman.
“Kami turut berduka cita atas berpulangnya ke rahmatullah Kepala Dusun Bontoramba, bapak Ahmad Dg. Nai serta keluarga diberi ketabahan dan amal ibadahnya diterima disisi Allah ta’ala,” kata Kapolsek.
“Saya mewakili keluarga besar Polsek Bajeng, menyampaikan ucapan bela sungkawa kepada Kepala Dusun Bontoramba, Semoga amal ibadah diterima di sisi Allah ta’ala,” tutupnya.
Kepedulian yang ditunjukkan oleh Kapolsek Bajeng yang melayat kerumah warga sekaligus mengusung keranda jenazah ke pemakaman merupakan salah satu upaya yang dapat menumbuhkan empati masyarakat terhadap keberadaan Polri.
Dalam rangka membangun empati antara Polri dan masyarakat, perlu dipahami kedua kemampuan ini yakni kemampuan saling mempercayai dan kemampuan empati. Empati adalah kunci membina kepercayaan dari masyarakat. Rasa percaya atau trust relevan sekali dalam kondisi sosial tertentu.
Dalam kehidupan masyarakat, Polisi memainkan banyak peran sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya. Mengatur lalu lintas, menegakkan hukum, menyidik perkara, memelihara keamanan dan ketertiban, dan melindungi keselamatan warga negara adalah sebagian dari tugas polisi. Istilah yang sering digunakan adalah melayani, melindungi, dan mengayomi.
Walaupun peran polisi sangat banyak, atau karena peran polisi sangat banyak, pengetahuan masyarakat mengenai polisi, motif polisi, dan tanggapan atau respons polisi, sangat terbatas. Ada ketidaktahuan dan ketidakpastian di masyarakat luas mengenai kinerja polisi. Pada saat yang sama, dengan peran yang banyak tersebut, yang disertai dengan kewenangan yang dimiliki polisi berdasarkan konstitusi dan undang-undang, polisi memiliki peluang dan kesempatan untuk mengecewakan harapan-harapan masyarakat. Anggota Polri ada yang melakukan korupsi, pungutan liar, dan penyalahgunaan wewenang lainnnya.
Supaya kepercayan pulih, Polri bisa mengembangkan norma dan kode etik yang mewajibkan anggota supaya tidak mengkhianati warga masyarakat yang memercayainya.
Jika warga masyarakat bertemu dengan banyak polisi yang jujur, dan hanya sesekali mendapatkan polisi yang tak jujur, maka kepercayaan masyarakat akan meningkat. Selanjutnya, polisi akan memiliki reputasi atau nama baik. Kalau institusi Polri memiliki reputasi dan nama baik, anggota polisi akan merasa berkepentingan menjaga reputasi dan nama baik polisi di mata warganegara. Pada gilirannya pula, masyarakat akan semakin mempercayai polisi.
Polisi yang memiliki empati tinggi memiliki kemampuan menyelesaikan masalah yang lebih tinggi juga. Karena polisi berusaha memahami dan peduli dengan kebutuhan, kepentingan, dan keprihatinan masyarakat, maka polisi memiliki bekal informasi dan pengetahuan yang diperlukan supaya profesinya dapat dijalankan lebih baik.