Tribratanews.sulsel.polri.go.id – Warga Desa Pallae digegerkan dengan penemuan mayat laki-laki tanpa identitas yang mengapung di Perairan Sungai Desa Pallae, Kecamatan Cenrana, Kabupaten Bone, Rabu (29/12/2020).
“Terkait identitas korban sampai proses evakuasi awal oleh warga sekitar ke pinggir sungai belum diketahui,” ungkap Kapolsek Iptu Fahri.
Kapolsek Cenrana Polres Bone Iptu Fahri mengatakan bahwa kronologis penemuan mayat sekitar pukul 13.00 wita, bermula pada saat saksi bernama Andi Anwar sedang melintas di Sungai dengan menggunakan perahu kayu miliknya, kemudian saksi melihat mayat yang mengapung di sungai.
“Selanjutnya saksi memberitahu kepada warga yang kebetulan berada disekitar sungai, kemudian mayat tersebut dibawa ke pinggir sungai dan langsung dilaporkan ke pihak Polsek Cenrana Polres Bone,” lanjutnya.
Setelah beberapa saat kemudian Tim Basarnas gabungan Kabupaten Bone tiba dilokasi untuk melakukan evakuasi mayat korban dari tempat ditemukannya ke pemukiman warga yang terletak di Dusun Maralluwatu Desa Pallae Kecamatan Cenrana Kabupaten Bone untuk dilakukan identifikasi dan pemeriksaan kondisi tubuh korban.
Selanjutnya pihak Polsek Cenrana Polres Bone mencari informasi tentang identitas mayat tersebut, belakangan diketahui bahwa identitas mayat tersebut atas nama Baso Wettoi, umur 78 tahun, pekerjaan petani, alamat Dusun Massappa, Desa Benteng Lompoe, Kecamatan Sabbangparu, Kabupaten Wajo.
Informasi kami terima dari Kanit Reskrim Polsek Sabbangparu Polres Wajo Aiptu Arisal bahwa korban dinyatakan murni tenggelam karena terseret arus pada hari Sabtu tanggal 19 Desember 2020 sekitar pukul 16.30 wita diperairan Sungai Walannae tepatnya di Dusun Bonto Tenne Desa Ujung Pero Kecamatan Sabbangparu Kabupaten Wajo pada saat korban bersama istrinya hendak mencari kayu disekitar sungai.
Tepat pada pukul 15.30 wita, keluarga korban diwakili oleh sdr. Erwin datang untuk menjemput mayat korban dengan menggunakan mobil ambulance milik Dinas Damkar Kabupaten Wajo kemudian mayat korban diantar langsung ke kampung halamannya untuk dikebumikan.
Dari peristiwa diatas kembali kita memetik pelajaran berharga bahwa kematian itu tak bisa dihindari, tidak mungkin ada yang bisa lari darinya. Namun seribu sayang, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.
Seperti perkataan Umar bin Abdul Aziz, “Aku tidaklah pernah melihat suatu yang yakin kecuali keyakinan akan kematian. Namun sangat disayangkan, sedikit yang mau mempersiapkan diri menghadapinya.” (Tafsir Al Qurthubi)
Ingatlah, tak mungkin seorang pun lari dari kematian,
“Katakanlah: “Sesungguhnya kematian yang kamu lari daripadanya, maka sesungguhnya kematian itu akan menemui kamu, kemudian kamu akan dikembalikan kepada (Allah), yang mengetahui yang ghaib dan yang nyata, lalu Dia beritakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan.” (QS. Jumuah: 8).
Harus diyakini kematian tak bisa dihindari,
“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.” (QS. An Nisa: 78).
Semua pun tahu tidak ada manusia yang kekal abadi,
“Kami tidak menjadikan hidup abadi bagi seorang manusiapun sebelum kamu (Muhammad).” (QS. Al Anbiya: 34).
Yang pasti Allah yang kekal abadi,
“Semua yang ada di bumi itu akan binasa. Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan kemuliaan.” (QS. Ar Rahman: 26-27).
Lalu setiap jiwa pasti akan merasakan kematian,
“Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati.” (QS. Ali Imran: 185).
Ibnu Katsir rahimahullah mengatakan, “Yang dimaksud dengan ayat-ayat di atas adalah setiap orang pasti akan merasakan kematian. Tidak ada seseorang yang bisa selamat dari kematian, baik ia berusaha lari darinya ataukah tidak. Karena setiap orang sudah punya ajal yang pasti.” (Tafsir Al Quran Al Azhim, 3: 163).
Jadilah mukmin yang cerdas,
Dari Ibnu Umar, ia berkata, “Aku pernah bersama Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam, lalu seorang Anshor mendatangi beliau, ia memberi salam dan bertanya, “Wahai Rasulullah, mukmin manakah yang paling baik?” Beliau bersabda, “Yang paling baik akhlaknya.”
“Lalu mukmin manakah yang paling cerdas?”, ia kembali bertanya. Beliau bersabda, “Yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik dalam mempersiapkan diri untuk alam berikutnya, itulah mereka yang paling cerdas.” (HR. Ibnu Majah no. 4259. Hasan kata Syaikh Al Albani).